MENGAPA ANAK SULIT MENERIMA PELAJARAN..? -Belajar Psikologi
April 08, 2020
Edit

Hai apakabar semuanya, kali ini yuk belajar psikologi. Seru loh? Bagi seorang pendidik ataupun guru biasanya merasa kesulitan terhadap anak-anak didiknya yang kurang bisa menerima pelajaran yang di berikan. Faktor susahnya anak dalam belajar ini sering kita jumpai di dunia pendidikan.
Banyak faktor-faktor yang membuat anak itu merasa kesulitan dalam belajar maupun menangkap pelajaran yang di berikan. Baik dari wataknya, kebiasaanya, keluarganya maupun dari lingkunganya. Dalam artikel ini terdapat dua faktor yang membuat anak sulit dalam belajar yakni faktor internal dan faktor eksternal, yukk kita simak di bawah.
FAKTOR INTERNAL
Faktor Internal yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang umum dari dalam diri anak didik itu sediri. Berikut ini adalah beberapa faktor internal
yang mempengaruhi proses belajar anak didik:
- Ciri khas atau karakteristik siswa
Persoalan internal pembelajaran berkaitan dengan kondisi kepribadian anak didik, baik fisik maupun mental. Berkaitan dengan aspek-aspek fisik tentu akan relatif lebih mudah diamati dan dipahami, dibandingkan dengan dimensi-dimensi mental atau emosional. Sementara dalam kenyataannya, persoalan-persoalan pembelajaran lebih banyak berkaitan dengan dimensi mental atau emosional.
Kesulitan-kesulitan belajar yang berkenaan dengan dimensi anak didik sebelum belajar pada umumnya berkenaan dengan minat, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman. Bilamana anak didik memiliki minat yang tinggi untuk belajar, maka ia akan berupaya mempersiapkan hal-hal yang
berkaitan dengan apa yang akan dipelajari secara lebih baik. Sebaliknya, bilamana anak didik tidak memiliki minat untuk belajar, maka anak didik tersebut cenderung mengabaikan kesiapannya untuk belajar.
- Sikap terhadap belajar
Dalam berbagai literatur kita menemukan bahwa sikap adalah kecenderungan seseorang untuk berbuat. Dalam kegiatan belajar, sikap anak didik dalam proses belajar, terutama sekali ketika memulai kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan, karena aktivitas belajar anak didik selanjutnya banyak ditentukan oleh sikap anak didik ketika akan memulai kegiatan belajar.
Apabila suatu pembelajaran di mulai coba lihat sikap anak didik dalam menerima sebuah pelajaran itu akan di mulai, dengan ia bersikap menerima jika pelajran di mulai, maka mudahlah peserta didik tersebut menerima pelajaran. Namun jika sikapnya menolak maka hal ini akan terasa sulit peserta didik untuk menerima pelajaran yang akan di berikan. Membuat anak didik bersikap seperti ini juga bisa di katakan mudah-mudah sulit, seperti membuat anak merasa senang jika pelajaran akan di mulai.
- Motivasi belajar
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses belajar, antara lain nampakmelalui keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkanpelajaran, mencatat, membuat resume mempraktekkan sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Di dalam aktivitas belajar sendiri, motivasi individu dimanifestasikan dalam bentuk ketahanan atau dalam belajar kesungguhan dalam menyimak isi pelajaran, kesungguhan dan ketelatenan dalam mengerjakan tugas dan sebagainya.
- Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar bukan pembawaan bakat seseorang yang dibawa sejak lahir. Melainkan harus diciptakan dan direncanakan serta dijadikan kebiasaan belajar. Setiap orang pada dasarnya punya potensi dan kemampuan yang sama untuk dapat melakukan konsentrasi belajar.
Terjadinya sebuah interaksi belajar dan mengajar itu sangat membutuhkan sebuah konsentrasi. Semuanya akan terasa sia-sia atau sama saja jika dalam interaksi belajar mengajar tidak fokus dan konsentrasi. Hal ini tidak sedikit di temukan pada peserat didik dalam belajar di kelas. Fikiranya yang kurang fokus dan memikirkan hal-hal lain.
Masalah konsentrasi dalam belajar anak peserta didik ini terbagi menjadi dua yakni dari luar dan dari dalam. Faktor dari luar yakni yang berkaitan dengan panca indra yaitu dari mata, telinga, hidung dan lain sebagainya, sedangkan masalahgangguan konsentrasi dari dalam yakni yang berkaitan dengan gangguan fisik dan
psikis.
- Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar dapat diartikan sebagai proses berpikirseseorang untuk mengolah informasi-informasi yang diterima sehinggamenjadi bermakna.
Peserta didik dalam menerima pelajaran hasil-hasil pengetahuan yang di dapatkan, dapat iya saring dan cerna menjadi sebuah pengetahuan-pengetahuan baru. Informasi dan pesan-pesan yang ia dapatkan dari gurunya dapat ia tangkap dengan baik. Sehingga dalam menerima pelajaran-pelajaran lain dapat terkait dan tidak nerasa kesulitan dan bingung.
- Menggali hasil belajar
Kesulitan ini memiliki keterkaitan dengan proses penerimaan, proses pengolahan, proses penyimpanan dan kemampuan, dan cara menggali pesan itu sendiri. Bilamana dalam proses belajar, anak didik mengalami hambatan atau kesulitan di dalam proses penerimaan pesan, maka anak didik tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu yang dipelajari. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran guru hendaknya berupaya untuk mengaktifkan anak didik melalui pemberian tugas latihan-latihan menggunakan cara kerja tertentu, rumus, latihan latihan agar siswa mampu meningkatkan kemampuannya di dalam mengolah pesan-pesan pembelajaran.
- Rasa percaya diri
Rasa percaya diri merupakan salah satu dari kondisi psikologis pada manusia.
Rasa percaya diri ini erat kaitanya pengaruh dengan lingkungan sekitar. Seseorang peserta didik yang dapat menyelesaikan PR-Prnya dengan baik, mengerjakan ujian dengan nilai bagus, mendapat prestasi dan sering medapat ujian dari orang-orang sekitarnya, rasa percaya diri pada anak tersebut menjadi lebih kuat dalam belajar.
Namun jika sebaliknya jika seseorang anak yang sering di marahi guru, di rendahkan orang-orang lingkungan sekitar, sering di kucilkan, pembullyan dan lain sebagainya. Hal ini dapat membuat percaya diri terhadap anak menjadi menurun dalam belajar.
- Kebiasaan belajar
kebiasaan ini merupakan sebuah kebiasaan yang tertanap pada pelajar seja kecil. Jika dari kecil sudah rajin dalam belajar maka ia menerima-menerima pelajaran di sekolahpun tidak merasa keselitan. Kebiasaan ini juga berpengaruh pada orang tua dan lingkunganya, bagaimana ia bisa membuat anak itu terbiasa belajar dan menghindari kebiasaan-kebiasaan negatif di lingkungan sekitarnya.
FAKTOR EKSTERNAL
Faktor yang kedua adalah faktor eksternal. Maksud dari
faktor ini adalah faktor-faktor yang tidak berasal dari diri anak itu sendiri. Faktor
ini meliputi semua aktivitas yang dapat mengganggu anak dalam belajar dan
menyerap seuatu pelajaran.
dapat dibagi tiga macam:
- Lingkungan keluarga
misalkan seperti kemampuan ekonomi
orang tua kurang memadai anak kurang mendapat perhatian dan pengawasan
dari orang tua karena ketidak harmonisan hubungan antara
ayah dan ibu, harapan orang tua terlalu tinggi terhadap anak, dan
orang tua pilih kasih terhadap anak.
- Lingkungan perkampungan atau masyarakat
Contohnya wilayahperkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan
(peer group) yang nakal.
- Lingkungan sekolah
Misalkanseperti kurikulum kurang
sesuai, guru kurang menguasai bahan pelajaran, metode mengajar kurang
sesuai, alat-alat dan media pengajaran kurang memadai kondisi dan letak
gedung sekolah yang buruk, seperti dekat pasar.
Faktor-faktor di atas merupakan faktor-faktor yang
bersifat umum, akan tetapi ada beberapa faktor lain yang membuat anak merasa
sulit menerimap pelajaran, faktor itu yakni:
a. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar
membaca.
b. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan
belajar menulis.
c. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan
belajar matematika.
Demikian artikel ini dibuat,semoga bermanfaat buat kita semua khususnya untuk para pengajar.
Sumber:
Buku "Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru" karya Muhibbin syah.
Buku "cara cerdas (smart) mengatasi kesulitan belajar" karya Hendra surya.
buku "belajar dan pembelajaran" karya Aunurrahman
Buku "cara cerdas (smart) mengatasi kesulitan belajar" karya Hendra surya.
buku "belajar dan pembelajaran" karya Aunurrahman